Satu set peralatan antropometri |
Antropometri adalah studi ilmiah
terhadap bentuk dan ukuran badan manusia. Antropometri banyak digunakan dalam studi tentang variasi
manusia. Teknik antropometri adalah mengukur dimensi badan dan menentukan
morfologi badan. Dimensi yang diukur misalnya panjang, lebar, dan lingkar. Kelebihan
antropometri adalah biayanya murah dan penerapannya mudah, sedangkan
kelemahannya adalah tingkat subjektivitasnya tinggi.
Sejarah singkat
Sudah sejak lama manusia tertarik
pada ukuran-ukuran badan. Jika kita diam di suatu keramaian dan mengamati orang
yang berlalu-lalang di situ akan terlihat variasi manusia berdasarkan
morfologinya: gemuk, kurus, tinggi, pendek, berkaki panjang, berdada bidang,
bermuka bulat,bermuka tirus, berdagu runcing, berhidung mancung/pesek. Meskipun
sudah sejak zaman kuno ukuruan-ukuran badan menarik perhatian, baru pada abad
ke-19 morfologi manusia menjadi studi kuantitatif formal. Sebelum ditemukannya
mikroskop – yang membantu memahami variasi manusia di tingkat seluler –
morfologi menjadi alat utama untuk mengklasifikasikan fenomena alam.
Catatan tertua tentang ukuran
manusia berasal dari Sumeria, berangka tahun 3500 SM. Beberpa teks dari masa
tersebut menyebutkan hubungan antara kesehatan, status sosial, dengan bentuk
badan. Pengetahuan orang Sumeria sangat akurat karena ternyata ini bersesuaian
dengan pandangan biologis modern saat ini tentang penyebab variasi bentuk dan
ukuran badan manusia. Penelitian telah membuktkan bahwa orang yang dibesarkan
di lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya dengan gizi dan tingkat kesehatan
yang baik secara umum cenderung lebih tinggi dan lingkar lengan &
tungkainya lebih besar daripada orang yang tumbuh di lingkungan sosial budaya
yang lebih rendah.
Filsuf Yunani kuno Plato dan
Aristoteles (± 350 SM) beranggapan bahwa manusia hidup (living people) dan
kebudayaannya adalah cerminan tidak sempurnanya tipe ideal fisik manusia dan
sistem sosial budaya. Mereka memandang variasi bentuk dan ukuran badan di
berbagai kebudayaan adalah konsekuensi atas adanya derajat ketidaksempurnaan
dalam berbagai masyarakat yang berbeda. Orang Athena beranggapan bahwa mereka
memiliki sosok badan yang paling mendekati ideal, masyarakat di luar Athena
dianggap kurang sempurna. Meskipun demikian, orang Yunani kuno tidak
mempercayai konsep “ras” yang membagi umat manusia secara fundamental
berdasarkan morfologinya; orang Yunani kuno menerima perbedaan dan mengakui
kesatuan umat manusia.
Antropometri modern
Istilah “antropometri” pertama
kali dikemukakan oleh Johann Sigismund Elsholtz (1623-1688). Elsholtz menciptakan
antropometer, sebuah alat untuk mengukur tinggi dan panjang bagian-bagian badan
seperti lengan dan tungkai. Elsholtz sangat tertarik dan ingin menguji
pernyataan dokter Yunani kuno Hippokrates yang menyebutkan bahwa ukuran badan
yang berbeda-beda ada hubungannya dengan berbagai penyakit yang berbeda pula. Pada
tahun 1881 antropolog Prancis bernama Paul Topinard (1830-1911) menggunakan
antropometri untuk studi mengenai “ras” manusia untuk melihat perbedaan
antarmanusa dan menetapkan hubungan mereka satu sama lain (Topinard, 1881, h.
212).
Cabang antropometri yang
digunakan dalam penelitian rasial adalah kraniologi (studi tentang tengkorak). Seorang
dokter Belanda Petrus Camper (1722-1789) dan para pengikutnya mengukur berbagai
sudut tulang muka untuk menentukan ras dan seks berdasarkan tengkorak. Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840), antropolog berkebangsaan Jerman,
mengidentifikasi lima “ras” berdasarkan pengamatan visual terhadap bentuk dan
ukuran tengkorak. Salah satu “ras” tersebut diberi nama “ras Kaukasia” yang
didapat berdasarkan pengamatannya atas tengkorak dari Pegunungan Kaukasus di
wilayah Georgia (Rusia). Blumenbach meyakini bahwa orang-orang Georgia yang
masih hidup adalah yang paling dekat dengan bentuk original tipe Kaukasia
primordial, dan orang Kaukasia Eropa berada di urutan kedua.
Di Amerika Serikat, Samuel George Morton (1799-1851) memperbaiki metode dan peralatan kraniometri. Dia menciptakan
alat untuk menghitung dua belas jenis pengukuran pada tengkorak. Menurutnya pengukuran
lebih akurat dibandingkan metode visual yang dilakukan oleh Blumenbach. Berlawanan
dengan Morton, antropolog Swedia Anders Adolf Retzius (1796-1860) mereduksi
pengukuran-pengukuran Morton menjadi dua (panjang dan lebar), dan dia
menerapkan hal ini pada kepala manusia hidup juga. Dengan demikian dia dapat
menghitung sebuah rasio sederhana: panjang kepala dibagi dengan lebarnya –
disebut indeks kepala (cephalic index). Salah satu aliran ahli kraniometri berpendapat bahwa ras yang “inferior”
ditandai dengan kepala bulat, atau rasionya lebih besar daripada 0,80. Orang
Eropa utara, yang dianggap ras “superior” memiliki kepala relatif panjang dan
sempit dengan rasio kurang daripada 0,75. Ahli kraniometri lain, seperti Paul Broca (1824-1880) tidak sependapat dengan pernyataan yang dianggapnya fantasi
tersebut. Broca menunjukkan bahwa semua kelompok manusia, baik yang masih hidup
maupun yang sudah mati, memiliki semua tipe indeks tengkorak. Untuk
menggantikan indeks kepala (sebagai satu-satunya indikator – penerj.), Broca menyebutkan
bahwa ukuran dan bentuk otak bervariasi di setiap “ras”, jenis kelamin (seks)
dan antara individu yang berkecerdasan tinggi dan rendah. Seiring dengan
berjalannya waktu, pernyataan ini terbukti salah tetapi keyakinan bahwa bentuk
kepala dan ukuran otak merupakan penentu “ras”
dan kecerdasan masih berlaku hingga abad kedua puluh.
Pada awal abad ke-21 para ahli
menyadari bahwa jumlah ras sosial sangat tidak terbatas, dan variasi genetis
dan antropometris lebih banyak didapati pada individu-individu dalam satu “ras”
dibandingkan dengan individu-individu dari “ras” yang berbeda. Dengan demikian,
pemahaman biokultural mengenai perkembangan manusia menggantikan antropometri
yang sudah ketinggalan zaman. Antropometri baru sekarang digunakan untuk
mengukur sejarah sosial, ekonomi, dan politik suatu masyarakat; tingkat
kesehatan individu, dan kesejahteraan populasi manusia.
Sumber: www.encyclopedia.jrank.org
Bacaan lanjutan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar