1. Indentifikasi seks pada sisa hayat yang hanya berupa tulang. Contohnya pada caput humeri dan fossa glenoidea serta ukuran-ukuran kepala (Indriati, 2004 dalam Indriati, 2009).
2. Mengetahui status gizi dan pertumbuhan: biasanya untuk bayi baru lahir (neonatal) dan anak-anak. Ukuran yang penting adalah lingkar kepala, lingkar lengan atas, berat badan, dan tinggi badan (ukuran-ukuran ini berkaitan dengan pertumbuhan besar otak, maturitas tulang, dan status gizi). Kecukupan gizi dilihat dari tebal lipatan kulit. Anak berumur 1-5 tahun tebal lipatan kulit punggung atas (subskapula) rata-rata 6-9 mm. Jika kondisi gizi buruk atau kelaparan parah angkanya bisa lebih kecil sehingga tulang rusuk terlihat menonjol. Lingkar lengan atas-tengah (mid-upper arm circumference/MUAC) merupakan indikator akurat malnutrisi; bila skor kurang dari 10,5 cm dapat beresiko kematian pada anak di bawah umur 5 tahun (Tomkins, 1994 dalam Indriati, 2009)).
3. Mengetahui maturitas skeletal dan dental pada badan: hal ini biasanya diterapkan pada remaja untuk mengetahui apakah ada gangguan pertumbuhan pada rangka dan gigi seiring dengan pertumbuhan lima aspek lainnya (kognitif, spiritual, hubungan dengan keluarga, hubungan sosial, dan emosional). Adanya gangguan karena trauma/luka pada salah satu aspek pertumbuhan dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan aspek-aspek lainnya.
4. Menilai obesitas pada orang dewasa (antropometri dewasa) yang diukur dengan rasio lingkar pinggang dan pinggul, tebal lipatan kulit (lemak) sentral dan ekstremitas, serta rasio tinggi dan berat badan dalam indeks massa badan (Indriati, 2009).
5. Menilai perubahan yang normal terjadi dalam proses menua (antropometri lanjut usia), meliputi berkurangnya tinggi badan, tinggi duduk, dan panjang rentang lengan (Indriati, 2009).
Antropometri olah raga
Peran antropometri dalam olah raga beragam, mulai dari penentuan cabang olah raga yang dapat memaksimalkan prestasi atlet, penilaian volume oksigen maksimal (mm/kg/menit) dalam status kebugaran seseorang, hingga penilaian komposisi lemak tulang, kadar air dan massa otot. Selain kebugaran fisik, aspek biokimiawi darah juga menjadi bagian integratif antropometri.
Antropometri militer
Dunia militer sudah lama dikenal menerapkan prinsip-prinsip antropometri yang ketat dalam penerimaan personelnya. Hal ini disebabkan karena anggota militer menjalankan tugas dan fungsi yang berbeda dengan masyarakat sipil. Oleh karena itu kekuatan dan kebugaran fisik sangat penting bagi mereka.
Ukuran-ukuran yang lazim sebagai indikator kebugaran untuk membawa beban, baris-berbaris, bahkan beradu fisik adalah berat badan, tinggi badan, indeks massa badan, lingkar dada, dan tinggi pubis (Davenport & Love dalam Indriati, 2009). Antropometri militer penting karena gerakan-gerakan dalam militer sangat spesifik dan perlu pakaian seragam khusus pula. Selain itu antropometri militer penting untuk menyeleksi anggota militer agar alat-alat standar militer dapat digunakan oleh yang bersangkutan, dan penilaian persentase lemak badan penting untuk mendapatkan personel dengan kebugaran fisik yang baik (Indriati, 2009). Ukuran-ukuran penting lainnya adalah tinggi duduk, rentang lengan panjang dari pantat ke tungkai, panjang dari pantat ke lutut dan rentang fungsional, terutama untuk pilot. Ukuran lingkar pundak juga penting karena personel militer serig menggednong ransel, mengalungkan senapan dan peluru, mengangkut, menjinjing, dan membawa barang lainnya. Pundak yang kuat penting untuk dapat bergerak dan berfungsi dengan baik ketika membawa beban sambil berjalan, berlari, ataupun merangkak.
Disarikan dari Indriati, E., 2009 Antropometri untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi, dan Olah Raga, Citra Aji Parama, Yogyakarta.